SEJARAH KABUPATEN KENDAL..
KENDAL PADA MASA AKHIR KERAJAAN MAJAPAHIT
Suatu hari, Sang Prabu Brawijaya bersemedi memohon pada yang Mahakuasa. Hasil semedinya cocok dengan pelaporan para ahli nujum kerajaan. Majapahit yang agung dan termasyhur akan segera beralih tempat. Namun pemegang kekuasaan tetap berada di tangan keturunan sang prabu. Rajanya akan ditaati seluruh rakyat Jawa Dwipa bahkna nusantara. Sang prabu lalu jatuh sakit. Mendapat wisik, penyakit akan sembuh bila Sang Prabu mau mengawini seorang puteri berambut keriting dan kulit kehitam-hitaman, Puteri Wandan Tetapi setelah Puteri Wandan mengandung, Sang Prabu terusik lagi oleh pelaporan para nujum kerajaan, bahwa sang bayi kelak akan membawa bencana. Ya, inilah awal kehancuran Majapahit. Tak pelak sang bayi diserahkan kepada seorang petani, dan jauh dari pusat kerajaan. Bayi itu adalah Bondan Kejawan, yang kemudian menurunkan Ki Getas Pendowo - Ki Ageng Selo - Ki Ageng Henis - Sunan Laweyan. Dari lelaki desa yang lugu tapi penuh sasmita itu, lahir sang Pemanahan, dan berdirilah Mataram.
Sunan Katong dan Pakuwojo: asal-usul nama Kendal
Bathara Katong atau Sunan Katong besama pasukannya mendarat di Kaliwungu dan memilih tempat di pegunungan Penjor atau pegunungan telapak kuntul melayang. Beberapa tokoh dalam rombongannya antara lain terdapat tokoh seperti Ten Koe Pen Jian Lien (Tekuk Penjalin),Han Bie Yan (Kyai Gembyang) dan Raden Panggung (Wali Joko).
Penyebaran Islam di sekitar Kaliwungu tidak ada hambatan apapun. Sedangka memasuki wilayah yang agak ke barat, ditemui seorang tokoh agama Hindu/Budha, bahka disebutkan sebagai mantan petinggi Kadipaten di bawah Kerajaan Majapahit untuk wilayah Kendal/Kaliwungu, bernama Suromenggolo atau Empu Pakuwojo.
Dikatakan dalam cerita tutur, ia seorang petinggi Majapahit dan ahli membuat pusaka atau empu. Ia seorang adipati Majapahit yang pusat pemerintahannya di Kaliwungu/Kendal. Untuk meng-Islamkan atau menyerukan kepada Pakuwojo supaya memeluk agam Islam, Tidaklah mudah sebagaimana meng-ISlamkan masyarakat biasa lainnya. Biasanya sifat gengsi dan merasa jad taklukan adalah mendekati kepastian. Karena ia merasa punya kelebihan, maka peng-Islamannya diwarnai dengan adu kesaktian, sebagaimana Ki Ageng Pandan Aran meng-Islamkan para 'Ajar' di perbukitan Bergota/Pulau Tirang.
Kesepakatan atau persyaratan dibuat dengan penuh kesadaran dalam kapasitas sebagai seorang ksatria pilih tanding. "Bila Sunan Katong sanggup mengalahkannya, maka ia mau memeluk agama Islam dan menjadi murid Sunan Katong", demikian sumpah Pakuwojo di hadapan Sunan Katong. Pola dan gaya pertrungan seperti it memang sudash menjadi budaya orang-orang dahulu. Mereka lebih menjunjung sportivitas pribadi.
Dengan didampingi dua sahabatnya dan satu saudaranya, pertarungan antarkeduanya berlangsung seru. Selain adu fisik, mereka pun adu kekuatan batin yang sulit diikuti oleh mata oran awam. Kejar mengejar, baik di darat maupun di air hingga berlangsung lama dan Pakuwojo tidak pernah menang. Bahkan ia berkeinginan untuk lari dan bersembunyi. Kebetulan sekali ada sebuah pohon besar yang berlubang. Oleh Pakuwojo digunakan sebagai tempat bersembunyi dengan harapan Sunan Katong tidak mengetahuinya. Namun berkat ilmu yang dimiliki, Sunan Katong berhasil menemukan Pakuwojo, dan menyerahlah Pakuwojo.
Sebagaimana janjinya, kemudian ia mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai tanda masuk Islam. Oleh Sunan Katong, pohon yang dijadikan tempat persembunyian Pakuwojo diberi nama Pohon Kendal yang artinya penerang. Di tempat itulah Pakuwojo terbuka hati dan pikirannya menjadi terang dan masuk Islam. Dan Sungai yang dijadikan tempat pertarungan kedua tokoh itu diberi namaKali/Sungai Kendal, yaiut sungai yang membelah kota Kendal, tepatnya di depan masjid Kendal. Pakuwojo yang semula oleh banyak orang dipanggil Empu Pakuwojo, oleh Sunan Katong dipanggil dengan nama Pangeran Pakuwojo, sebuah penghargaan karena ia seorang petinggi Majapahit. Setelah itu ia memilih di desa Getas Kecamatan Patebon dan kadang-kadang ia ebrada di padepokannya yang terletak di perbukitan Sentir atau GUnung Sentir dan menjadi murid Sunan Katong pun ditepati dengan baik. Sedangkan nama tempat di sekitar pohon Kendal disebutnya denganKendalsari.
Masih ada keterangan lain yang ada hubungannya dengan nama Kendal. Dikatakannya bahwa nama Kendal berasal dari kataKendalapura. Dilihat dari namanya, Kendalapura ini berkonotasi dengan agama Hindu. Artinya, bahwa Kendal sudah ada sejak agama Hindu masuk ke Kendal. Atau paling tidak di dalam berdo'a atau mantera-mantera pemujaan sudah menyebu-nyebut nama Kendalapura. Ada juga keterangan yang menerangkan bahwa Kendal berasal dari kata Kantali atau Kontali. Nama itu pernah disebut-sebut oleh orang-orang Cina sehubungan dengan ditemukannya banya arca di daerah Kendal. Bahkan disebutkan oleh catatan itu bahwa candi-candi di Kendal jauh lebih tua dari candi Borobudur maupun candi Prambanan. Temuan-temuan itu patut dihargai dan bahkan bisa menjadi kekayaan sebuah asal-usul, walaupun kebanyakan masyarakat lebih cenderung pada catatan Babad Tanah Jawi yang menerangkan bahwa nama Kendal berasal dari sebuah pohon yang bernama pohon Kendal.
Kecenderungan itu karena dapat diketahui tentang tokoh-tokohnya yaitu Sunan Katong dan Pakuwojo yang mendapat dukungan dari Pangeran Benowo. Selain itu catatan-catatan pendukung lainnya justru berada di Universitas Leiden, Belanda, sebuah perguruan tinggi terkenal yang banyak menyimpan catatan sejarah Jawa. Akan halnya cerita Sunan Katong dan Pakuwojo dalam legenda yang telah banyak ditulis itu menggambarkan sebuah prosesi, betapa sulitnya merubah pendirian seseorang, terlebih menyangkut soal agama/keyakinan. Cerita-cerita itu menerangkan bahwa antara Pakuwojo dan Sunan Katong pada akhirnya tewas bersama (sampyuh). Cerita yang sebenarnya tidaklah demikian. Cerita itu maksudnya, begitu Pakuwojo berhasil dibuka hatinya oleh Sunan Katong, dan Pakuwojo mau mengucapkan dua kalimat syahadat dan menjadi murid Sunan Katong, berarti antara kedua tokoh itu hidup rukun sama-sama mengembangkan agama Islam.
KENDAL MENJADI KABUPATEN
Sang nujum itu benar-benar titis pikir. Puteri Bondan Kejawan beriringan kasih sayang dengan KiAgeng Ngerang. Tuturnya dari sini lahir sang Bahu, sorang cicit yang berdampingan dengan Pangeran Benowo sang Mahkota Pajang. Ikatannya ditali dengan batin seperguruan sang leluhur. Setia tak gampang merekah. Tanah Kukulan mengantar sang Bahurekso berdekat diri dengan orang agung dari Mataram, dimulai dari anugerah nama, Kyai Ngabehi Bahurekso, dan selanjutnya Raden Tumenggung Bahurekso, sang Adipati Kendal. Alas Roban dan Alas Gambiran, Batang dan Pekalongan karya utama sang Bahu, yang berdampingan dengan pengejawantahan Nawangsari sebidadarian dengan Nawangwulan. Sang kekasih Bahurekso terpatri di hati dengan sebutan Dewi Lanjar. Magangan, Plantaran, Kali Aji, Sabetan dan Ngeboom merupakan saksi bisu dan monumen yang terlupakan dari sejarah sebuah kabupaten di Kaliwungu. Pusat budaya. Kota kecil itu menjadi kota besar, dan dari Klaiwungu berhasil menembus Batavia pada Kaladuta. Nama Kendal tidak lagi menasional tetapi telah melangit di tingkat internasional. Sang Bahurekso, adipati, gubernur pesisir Jawa dan dan panglima perang.
Siapa Kyai Kendil Wesi? : adakah hubungannya dengan Bagus Menot
Siapakah Kyai Kendil Wesi itu?
Menurut catatan Amien Budiman, Kyai Kendil Wesi itu nama aslinya adalah TUmenggung Singowijoyo. Bupati Kendal ini tewas di gunung Tidar Magelang ketika terjadi geger Pakunegaran. Kemudian ia digantikan oleh kemenakannya dengan gelar Tumenggung Mertowijoyo. Dan setelah meninggal digantikan oleh adiknya dengan nama kehormatan yang sama yaitu Tumenggung Mertowijoyo, yang meninggal di Loji Semarang. Tumenggung ini mempunyai putera yang bernama Mertowijoyo yang kemudian lebih dikenal dengan Mertowijoyo I.
Sedangkan catatan yang beredar di Kendal menerangkan bahwa yang dimaksud Kyai Kendil Wesi adalah bupati Kendal yang memiliki nama Mertowijoyo II, adik dari Tumenggung Singowijoyo yang memerintah pada tahun 1700 - 1725. Meninggal dan dimakamkan di pemakaman Pekuncen Kendal. Sedangkan pusakanya yang bernama Kendil Wesi diwariskan pada puteranya yang namanya juga nunggak semi dengannya yaitu Mertowijoyo III. Setelah meningal dunia, jenazah dan pusaka Kendil Wesinya dimakamkan di bawah pohon Doropayung Desa Sukolilan Patebon Kendal.
Nama Mertowijoyo jgua ditemukan dalam buku Serat Babad Negari Semarang dan Babad Mentawis. Dalam Serat Babad Nengari Semarang diterangkan bahwa nama Mertowijoyo itu masih ada hubungannya dengan Ki Ageng Pandan Aran I (Ki Mode Pandan), penguasa Semarang atau Tirang Amper, yang berarti ada hubungan garis keturunan dengan Raden Fatah, Sultan Demak. Lengkap silsilahnya disebut sebagai berikut; Raden Fatah (Demak) berputera Pangeran Sabrang Lor, berputera Pangerawn Pandan Aran I (Ki Mode Pandan), berputera Pangeran Kanoman bupati Semarang (adik Sunan Tembayat), berputera Kyai Khalifah, berputera Kyai Laweyan, berputera Kyai Sumendhi (Kyai Alap-alap, bupati Semarang), berputera Kyai Rangga Hadi Negoro (Surahadimenggala ke-2, bupati Semarang), berputera Kyai Ronggo Mertoyuda (Surahadimenggala ke-3, bupati Semarang), berputera Kyai Mertowijyoyo.
Namun menurut cerita yang dicatat dala buku peninggalan-peningglan kunodi Kendal disebutkan bahwa Mertowijoyo berasal dari Lumajang. Karena ada selisih keluarga dengan adiknya, ia mengalah dan membawa pengikutnya berlayar dan akhirnya terdampar di Kendal.
bersama pengikutnya ia membuka suatu daerah sebagai tempat tinggal, dan karena ia mempunyai sebauh pusaka yang berwujud kendil terbuat dari bes, maka ia terkenal dengan nama Kyai Kendil Wesi. Ia meninggal ketika geger pakunegaran di gunung Tidar Magelang, dan jenazahnya dimakamkan di Pekuncen Kendal. Sedangkan jabatan bupati jatuh ke tangan Mertowijoyo III, putera Mertowijoyo I berikut pusakanya.
Kemudian siapa yang dimaksud dengan Bagus Menot?
Diceritakan bahwa ia putera Tumenggung Mertowijoyo. Namun tidak jelas Mertowijoyo yang mana. Namun kalau dilihat dari cerita yang beredar di Kendal bahwa ia adalah putera adipati tetapi akhir hayatnya mukso tanpa nama. Bisa jadi ia adalah putera Adipati Mertowijoyo I. Sebab, ketika Mertowijoyo I meninggal dunia, jabatan bupati diwakili oleh patihnyasendiri (lihat dan perhatikan dalam nama-nama Bupati Kendal di bagian akhir).
Seperti diceritakan oleh juru kunci makam Bagus Menot, Pak Puji (50), serta para orang tua yang suka dengan cerita tempo dulu, bahwa Bagus Menot adalah putera seorang adipati. Ketika ayahnya kembali dari berperang (geger Pakunegaran) ia dalam keadaan terluka parah karena terkena sabetan senjata. Sedangkan isterinya dalam keadaan hamil. Sebelum Mertowijoyo meninggal dunia, ia berpesan kepada semua kerabat bahwa kelak yang menggantikan dirinya menjadi bupati Kendal adalah putera yang masih dalam kandungan. Bila ia nanti lahir laki-laki, harap diberi nama Jaka Aminoto. Dan apaibila menduduki kursi bupati namanya Adipati Aminoto. Begitu pesan ayahandanya, Mertowijoyo. Ada tuturan lagi, selain bernama Aminoto jga punya nama lain yaitu Raden Sutejo.
Kelahiran bayi Aminoto bersamaan dengan kematian sang ibu. Maka bayi Aminoto dirawat oleh keluarga. Ketika mencapai usia dewasa, kira-kira 17 tahun, malapetaka menimp dirinya. Orang yagn menduduki jabatan bupati warisan dari ayahnya merasa resah karena pewaris yang asli sudah tumbuh dewasa. Maka tidak ada jalan yang terbaik kecuali harus menyingkirkan sang pewaris dengan cara apapun.
Usaha Pembunuhan pun beberapa kali dilakukan. Bahkan menurut cerita itu, Jaka Menot pernah dilarung ke laut, namun masih bisa selamat. Dan ketika ada usaha untuk meracuni melalui pelayan kerabat, Jaka Menot juga selamat. Maka tidak ada jalan lain kecual harus dibunuh, tetapi ada yang menyarankan cara itu memang kurang baik. Maka cara yang terbaik Jaka Menot diusir dari kadipaten. Setelah meninggalkan kadipaten, maka diatur supaya ada punggawa mengejarnya dengan maksud untuk membunuh Jaka Menot. Ada tuturan lagi, bahwa baik orang-orang kabupaten ataupun Belanda, merasa takut dengan kemampuan spiritual Bagus Aminoto. Diterangkan, kemampuan seorang remaja yang baru berusia belasan tahun sudah diketahui biasa bermain-main batu dan rumput. Konon batu-batu itu dibuat semacam tasbih dengan cara ditusuk dengan rumput dan ternyata bisa tembus.
Jaka Menot lari ke arah barat dan ternyata banyak juga orang merasa iba, karena para punggawa kakdipaten tersu mengejarnya untuk membunuh. Kenmudian ia ditolong oleh seorang tua. Namun pengejaran tersu dilakukan, dan orang tua yang diketahui menolong Jaka Menot, dibunuh. Kepalanya terpisah dari badannya, dan kakinya juga dipotong. Hanya tinggal badan (gembung). Di kemudian hari nama tempat membunuh orang tua itu terkenal dengan namaBugangin. Jaka Menot terus berlari mencari selamat. Karena merasa capek, ia beristirahat di sebuah pohon pinang (jambe). Ia terus dikejar oleh punggawa kadipaten. Setelah melihat para punggawa terus mengejar, Jaka Menot terus lari. Ketika para punggawa sampai di bawah pohon jambe itu, tercium bahwa ada bau harum pada pohon jambe. Maka tempat itu dinamakan Jambearum.
#kendal #kendaljawatengah #jawatengah #kotakendal #kabupatenkendal #kaliwungu #kaliwungukendal #halilintarsepatusandal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar