WALIKU
Wisata Alam Religi dan Kuliner.Desa Wisata Alternatif yang bergerak dan menyasar wisata alam religi dan kuliner. Terletak di Wilayah Kabupaten Kendal Kecamatan Kaliwungu. Lebih tepatnya di Desa Kutoharjo Wilayah atas. Berziarah sambal menikmati alam dan kuliner yang disajikan di Waliku.
POKDARWIS WALIKU (KELOMPOK SADAR WISATA) DESA KUTOHARJO KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL PROVINSI JAWA TENGAH INDONESIA
Wisata Religi WALIKU ( Area Bukit Jabal )
Wisata Religi Waliku merupakan Wisata Alam Religi dan Kuliner yang berada di desa Kutoharjo Kaliwungu. Secara Georgrafis berada didaerah Perbukitan yang umum dikenal dengan nama Bukit Jabal. Di Waliku, disamping terdapat tempat berziarah makam para wali dan aulia, juga terdapat gardu pandang untuk melihat Wilayah bawah Kota Kaliwungu dengan Pemandangan yang menarik. Juga terdapat Produk-produk UMKM Kutoharjo Kaliwungu berupa Batik, Payung Kertas dan Aneka Kuliner seperti Sumpil, Momoh, dan Makanan Olahan lain yang merupakan produk khas Kutoharjo Kaliwungu yang bisa dijadikan oleh-oleh saat berkunjung di Waliku.
Dalam sejarahnya bukit Jabal Kaliwungu dari waktu ke waktu, berada dalam dua desa yaitu Desa Kutoharjo Kaliwungu dan Desa Protomulyo Kaliwungu Selatan. Merupakan daerah perbukitan yang dahulu bernama GUNUNG SENTIR. Karena waktu itu bukit jabal belum banyak penerangan lampunya jadi masih gelap gulita (sedikit pencahayaan) dan sebagian warga yang tinggal hanya menggunakan sentir ( lampu dengan minyak tanah dan sumbu ). Seiring berjalannya waktu nama GUNUNG SENTIR terlupakan, dengan adanya pembangunan -pembangunan rumah warga yang semakin marak dari tahun ke tahun. Karena turunnya perijinan dari Pemilik Asli Tanah / Area Perbukitan Jabal yaitu Keraton Mataram Yogyakarta, surat perijinan dari Sultan / Raja Keraton Mataram. Dikawasan ini terdapat makam-makam para tokoh Pendiri Kaliwungu dan tokoh-tokoh ulama dan kyai dalam melakukan penyebaran agama Islam yang sangat berperan besar terhadap peradaban di Kota Kaliwungu. Dan sekarang kawasan perbukitan ini lebih dikenal oleh masyarakat luas dengan nama BUKIT JABAL NUR Kaliwungu.
Dalam sejarahnya Bukit jabal Kaliwungu juga masih mempunyai nama istilah lain yaitu BUKIT KUNTUL MELAYANG / ASTANA KUNTUL MELAYANG. Kuntul adalah sejenis burung bangau, nama istilah tersebut di ambil dari titik lokasi atau letak makam para waliyullah yang menyebar di area perbukitan jabal nur membetuk formasi seperti burung yang sedang terbang melayang di langit.. Terdapat 4 bagian dalam Bukit Kuntul Melayang yaitu : 1. Bagian Kepala 2. Bagian Dada 3. Bagian Sayap Kiri 4. Bagian Sayap Kanan dan 5. Bagian Ekor
Bagian Kepala Astana Kuntul Layang terdapat makam - makam : 1. Panembahan Pangeran Djoeminah Putra Panembahan Senopati Sutawijaya. 2. Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Hadimenggolo I, Bupati Kaliwungu 3. Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Hadimenggolo II, Bupati Kaliwungu 4. Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Hadimenggolo III, Bupati Kaliwungu 5. Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Hadimenggolo IV, Bupati Kaliwungu 6. Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Ronodiwiryo, Bupati Batang 7. Kanjeng Raden Tumenggung Hadinegoro, Bupati Kaliwungu dan Demak 8. Kanjeng Raden Tumenggung Sumodiwiryo, Bupati Kaliwungu 9. Raden Tumenggung Reksonegoro 10. Kanjeng Raden Tumenggung Hadinegoro, Bupati Demak, dll
Bagian Dada Astana Kuntul Melayang terdapat makam - makam : 1. Kanjeng Sinuwun Sunan Katong keturunan Prabu Brawijaya dari Majapahit 2. Raden Tumenggung Notohamijoyo, Bupati Kendal 3. Raden Tumenggung Notohamiprojo, Bupati Kendal 4. Raden Mas Arinotoprojo, Bupati Kendal 5. Raden Mas Notonagoro, Bupati Kendal, dll
Bagian Sayap Kiri Astana Kuntul Nglayang terdapat makam – makam : 1. Raden Tumenggung Mandurarejo, Bupati Pekalongan Pertama 2. Kyai Asy’ari atau Kyai Guru Pendiri Masjid Agung Kaliwungu 3. Kyai Puger atau Kyai Pakpak atau Kyai Papak, dll.
Bagian Kepala Astana Kuntul Layang terdapat makam - makam : 1. Panembahan Pangeran Djoeminah Putra Panembahan Senopati Sutawijaya. 2. Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Hadimenggolo I, Bupati Kaliwungu 3. Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Hadimenggolo II, Bupati Kaliwungu 4. Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Hadimenggolo III, Bupati Kaliwungu 5. Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Hadimenggolo IV, Bupati Kaliwungu 6. Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Ronodiwiryo, Bupati Batang 7. Kanjeng Raden Tumenggung Hadinegoro, Bupati Kaliwungu dan Demak 8. Kanjeng Raden Tumenggung Sumodiwiryo, Bupati Kaliwungu 9. Raden Tumenggung Reksonegoro 10. Kanjeng Raden Tumenggung Hadinegoro, Bupati Demak, dll
Bagian Dada Astana Kuntul Melayang terdapat makam - makam : 1. Kanjeng Sinuwun Sunan Katong keturunan Prabu Brawijaya dari Majapahit 2. Raden Tumenggung Notohamijoyo, Bupati Kendal 3. Raden Tumenggung Notohamiprojo, Bupati Kendal 4. Raden Mas Arinotoprojo, Bupati Kendal 5. Raden Mas Notonagoro, Bupati Kendal, dll
Bagian Sayap Kiri Astana Kuntul Nglayang terdapat makam – makam : 1. Raden Tumenggung Mandurarejo, Bupati Pekalongan Pertama 2. Kyai Asy’ari atau Kyai Guru Pendiri Masjid Agung Kaliwungu 3. Kyai Puger atau Kyai Pakpak atau Kyai Papak, dll.
Bagian Sayap Kanan ditempati Astana Kuntul Nglayang terdapat makam - makam : 1. KH Musyafak / Mbah Wali Musyafa' 2. KH Rukyatullah / Mbah Ahmad Rukyat 3. KH Musthofa 4. KH Abu Choir 5. Drs. H.Djoemadi, Bupati Kendal ke 36, dll
Bagian Ekor Astana kuntul Melayang terdapat makam-makam : 1. Wali Hasan Abdullah / Mbah Eyang Empu Pakuwaja 2. Syeh Bukhori 3. Nyai Sumintir 4. Raden Bagus Susilo 5. Sayyid Ridwan 6. Raden Suwijo, Dll Komplek Makam yang ada di Desa Kutoharjo saat ini dikemas dalam satu bentuk Kawasan Religi , yang termasuk ke dalam Wisata Religi Waliku ( Wisata Alam Religi dan Kuliner ). Makam waliku ini juga sering dikunjugi ketika syawalan atau ketika tanggal 7 bulan syawal. Kegiatan ini bisa dengan berkunjung ke makam KH. Mustofa, KH. Ahmad Rukyat, KH. Musyafa’, dan KH. Abu Khaer. Kemudian ke Makam Wali Hasan Abdullah atau Eyang Pakuwojo dilanjutkan dengan berkunjung ke makam Sunan Katong, dan diakhiri di makam KH. Asyari atau Kyai Guru. Kegiatan Religi ini merupakan kegiatan spiritual seseorang baik secara pribadi maupun rombingan dengan mengirimkan do’a - do’a berupa pembacaan Yasin dan Tahlil yang dikhususkan untuk semua wali atau tokoh-tokoh yang berada di komplek makam waliku ini dengan tujuan untuk “ngalap Barokah” dan mencari keridaan Allah SWT Kegiatan ziarah makam ini dilakukan untuk melestarikan budaya, tradisi dan kearifan lokal masyarakat yang dilakukan dari waktu-waktu. Tokoh-tokoh masyarakat yang dimakamkan disini memiliki peran penting dalam terbentuknya Kaliwungu dan penyebaran agama Islam di Kaliwungu. Selain melestraikan budaya, tradisi dan kearifan lokal kita juga mengetahui sejarah para tokoh yang sudah berkontribusi besar dalam terbentuknya Kaliwungu semasa hidupnya.
Bagian Ekor Astana kuntul Melayang terdapat makam-makam : 1. Wali Hasan Abdullah / Mbah Eyang Empu Pakuwaja 2. Syeh Bukhori 3. Nyai Sumintir 4. Raden Bagus Susilo 5. Sayyid Ridwan 6. Raden Suwijo, Dll Komplek Makam yang ada di Desa Kutoharjo saat ini dikemas dalam satu bentuk Kawasan Religi , yang termasuk ke dalam Wisata Religi Waliku ( Wisata Alam Religi dan Kuliner ). Makam waliku ini juga sering dikunjugi ketika syawalan atau ketika tanggal 7 bulan syawal. Kegiatan ini bisa dengan berkunjung ke makam KH. Mustofa, KH. Ahmad Rukyat, KH. Musyafa’, dan KH. Abu Khaer. Kemudian ke Makam Wali Hasan Abdullah atau Eyang Pakuwojo dilanjutkan dengan berkunjung ke makam Sunan Katong, dan diakhiri di makam KH. Asyari atau Kyai Guru. Kegiatan Religi ini merupakan kegiatan spiritual seseorang baik secara pribadi maupun rombingan dengan mengirimkan do’a - do’a berupa pembacaan Yasin dan Tahlil yang dikhususkan untuk semua wali atau tokoh-tokoh yang berada di komplek makam waliku ini dengan tujuan untuk “ngalap Barokah” dan mencari keridaan Allah SWT Kegiatan ziarah makam ini dilakukan untuk melestarikan budaya, tradisi dan kearifan lokal masyarakat yang dilakukan dari waktu-waktu. Tokoh-tokoh masyarakat yang dimakamkan disini memiliki peran penting dalam terbentuknya Kaliwungu dan penyebaran agama Islam di Kaliwungu. Selain melestraikan budaya, tradisi dan kearifan lokal kita juga mengetahui sejarah para tokoh yang sudah berkontribusi besar dalam terbentuknya Kaliwungu semasa hidupnya.
Omah BATIK SYAFI’I Asli Kutoharjo Batik H. Syafi’I merupakan salah satu pengrajin Batik Asli dari Kutoharjo Kaliwungu Kendal. Outlet atau Gerai nya yang sekarang beralamat di Kp. Pungkuran RT.02 RW.03 Desa Kutoharjo atau lebih dikenal dengan” Lor nya ” Meriam Musholla Pungkuran. Melihat sejarah nya, pada dekade tahun 1923, awal mula dikenal Batik Kaliwungu. Waktu itu orang-orang sekitar mengenal dengan sebutan Mbah Batik, karena beliau lah yang memopulerkan Batik waktu itu. Dalam perkembangannya muncullah beberapa pengrajin Batik yang diantaranya Mbah Kyai Musyafak dengan motifnya yang terkenal dengan filosofinya yang bermukim di wilayah Desa Krajan Kulon. Sedangkan yang di wilayah Kutoharjo ada H. Syafi’I yang juga membuat Batik dengan menggunakan namanya sendiri yaitu Batik Syafi’i. Sekitaran tahun 1967, karena kondisi politik, sosial dan budaya yang tidak kondusif, maka proses pembuatan Batik dengan menggunakan alat Batik dan cap tidak difungsikan. Sehingga terjadi mati suri dalam proses pembuatannya sendiri.
Dalam masa Bupati Kendal Widya Kandi Susanti tahun 2010, di “uri-uri” dan dibangkitkan kembali, sehingga bisa kembali bangun dari mati suri nya sampai sekarang. Bahkan atas inisiatif Ibu Bupati diberilah nama “ OMAH BATIK KALIWUNGU H. SYAFI’I “ . Dan pada tanggal 13 Januari 2012 Omah Batik Kaliwungu H.Syafi’I resmi dibuka oleh BUPATI KENDAL Widya Kandi Susanti. Jenis Batik yang di produksi Omah Batik Syafi’I merupakan Batik dengan kualitas kain katun terbaik, dengan menggunakan katun Prisma AJL nomer 1. Ada beberapa jenis Batik Unggulan dengan berbagai macam motifnya diantaranya adalah Daun Kendal, Bunga Melati, Bunga Semanggi, Sekar Jagat, Bintang Laut , Batik Kendil kolaborasi Bandeng dan lain-lain . Menurut Marketing Executif, yang akrab dipanggil Mba Eko, setiap Batik ada filosofinya sendiri, dibuat berdasarkan pesan dan ide yang akan dimunculkan dalam membuat desainnya.
Batik Daun Kendal , dengan Filosofinya daun Kendal hidup didekat makam Mbah Wali Gembyang, yang merupakan nama dari sebuah pohonsebagai nama Kota Kendal.
Batik Bunga Melati, dengan filosofinya bunga melati cantik yang tumbuh subur diberbagai kebun dan pekarangan, dimana merupakan bunga identik dan sakral yang hidup di iklim tropis.
Batik Bunga Semanggi, dengan filosofinya bunga atau daun semanggi yang biasa tumbuh liar di persawahan, dari daun itu oleh masyarakat biasa di olah sebagai salah satu bahan pecel bersama daun-daun yang lain, yang dipadu dengan sate keong sawah.
Batik Sekar Jagat, dengan filosofinya merupakan nama dari Jagat Raya yang meliputi cahaya matahari, bintang-bintang dengan kolaborasi tumbuh-tumbuhan.
Batik Bintang Laut, dengan filosofinya hewan yang hidup didasar laut, karena Kaliwungu dekat dengan pantai maka mengombinasikan motif datar air, darat berupa flora ( bunga, tanaman, pohon ) dan air berupa fauna ( hewan laut ).
Payung Kertas Payung kertas merupakan salah satu hasil kerajinan warga Kutoharjo Kaliwungu, tepatnya di Kampung Kramat Desa Kutoharjo. Dahulu Kampung Kramat merupakan Sentra pembuatan Payung Kertas. Dalam penggunaannya yang biasa dipakai sebagai salah satu property saat mengusung jenazah, yaitu sebagai payung keranda jenazah. Juga biasa dipakai pedagang kali lima di pasar - pasar dan jalan-jalan dengan menggunakan payung ukuran besar sebagai peneduh pedagang beserta dagangannya. Dan Pemesannya pun dari berbagai daerah bahkan sampai luar provinsi. Seiring berjalannya waktu, pemakaian payung kertas banyak yang ditinggalkan. Dan beralih dengan menggunakan payung sintetis/plastik dan tenda-tenda kecil berbagai ukuran. Sehingga orderannyapun dari tahun-ketahun menjadi berkurang, dan tidak bisa mecukupi biaya kebutuhan hidup. Ditambah lagi para pengrajin payung banyak yang sudah tua bahkan banyak juga yang sudah meninggal dunia, sedangkan anak keturunannya jarang yang mau meneruskan usaha orang tua nya. Alhasil usaha kerajinan ini pun mati secara perlahan-lahan.
Namun masih ada sosok orang yang masih peduli dengan kerajinan payung ini, beliau adalah Bapak Dahlan warga Kampung Ngaglik RT.01 RW.09 Desa Kutoharjo. Demi melestarikan payungnya tersebut, beliau diajak bekerja sama dengan salah satu tokoh Kampung Ragam Warga Kutoharjo untuk “ meng-uri-uri “ kembali payung kertas ini dengan konsep yang berbeda. Dari awalnya untuk property keranda kematian dan payung [edagang kaki lima menjadi salah satu media untuk lukisan. Dimana beliau yang merupakan maestro seniman Lukis berusaha untuk menorehkan karya lukisannya di atas payung tersebut.
Ketika cara ini dilakukan secara kontinyu dan berkelanjutan, payung kertas semakin dikenal luas baik di dalam maupun di luar kota. Bahkan salah satu nya pernah di ikutkan lomba diajang International di Moscow Rusia pada tahun 2019 silam. Di Waliku sendiri pernah mengadakan event seni Lukis payung, dimana media payunglah yang menjadi media untuk dilukis. Pesertanya pun semua nya anak-anak, dengan tujuan untuk memberi motivasi dan minat bakat anak-anak dalam melukis di payung.
Sumpil adalah makanan berbahan dasar beras, sejenis ketupat atau lontong. Ketupat umumnya berbentuk kotak yang dibungkus dengan daun kelapa muda, sedang lontong berbentuk bulat lonjong yang dibungkus daun pisang. Sumpil berbentuk limas segitiga yang dibungkus dengan daun bambu. Rasanya pun sangat khas dibangingkan ketupat maupun lontong. Cara memakannya dicampur dengan sambal kelapa.
Menurut Kepala Desa Kutoharjo Kaliwungu, Ivan Styawan (45), bentuk limas segitiga mempunyai arti tersendiri. Yaitu, garis segitiga yang ke atas menandakan hubungan antara manusia dengan Allah atau habluminnallah, sementara yang ke bawah menandakan hubungan sesama umat atau habluminnanas. "Tradisi ini sudah ada sejak zaman dahulu," kata Ivan Styawan, Senin (8/11/2021). Masyarakat meyakini, tradisi weh-wehan dengan sumpil konon diperkenalkan sejak zaman Sunan Kalijogo. Bagi masyarakat Kutoharjo dan sekitar Kaliwungu, makanan ini menjadi bagian tradisi yang dibuat untuk tradisi weh-wehan atau saling mengirim makanan. Dalam rangka memperingati Kelahiran Nabi Muhammad SAW ( Maulidan ) setiap tahunnya.
Sekarang kita bisa menikmati Sumpil ini di Waliku setiap hari nya ataupun ketika ada event-event tertentu ataupun pertemuan - pertemuan yang diadakan di Rumah Singgah Waliku.
MOMOH
Momoh merupakan kuliner khas Kaliwungu, yang hanya ada di Kaliwungu Kabupaten Kendal Momoh Kaliwungu, makanan olahan yang berbahan dasar jeroan sapi atau kerbau yang konon diyakini dapat menambah stamina pria dewasa. Bagi sebagian orang, jeroan sapi dihindari karena mengandung kolesterol tinggi. Namun, bagi masyarakat Kaliwungu, Kendal, jeroan sapi malah diolah menjadi makanan penambah stamina. Mengolah jeroan sapi menjadi menu khas Kaliwungu yakni Momoh, membutuhkan waktu yang cukup lama, hingga berjam-jam. Proses memasak dengan bumbu rempah-rempah ini menjadikan jeroan lebih nikmat dan mengurangi kadar kolesterol dalam jeroan tersebut. Bumbu dan rempah tersebut di antaranya garam, gula merah, bawang putih, dan daun salam. Untuk perebusan kedua, kuahnya harus tetap berasal dari kuah dari proses perebusan pertama, sehingga aroma kuah semakin kuat. Proses kedua ini setidaknya membutuhkan waktu hingga satu setengah jam. "Lalu jeroan kembali didinginkan, tetapi tidak boleh ditiriskan dan didiamkan selama kurang lebih satu hari. Proses ini bertujuan agar bumbu semakin meresap ke dalam jeroan," kata Umi Hajar. Biasanya, setelah satu hari, Momoh baru dapat dihidangkan atau bahkan dijual ke pemesan. Para penikmat atau pemburu kuliner yang biasa menjadikan Momoh sebagai oleh-oleh khas Kaliwungu, harus memesan terlebih dahulu, minimal sehari sebelum dibeli. Momoh yang siap lalu dikemas dalam wadah gerabah dari tanah liat, agar tetap fresh. Namun, bagi yang takut kolesterol tambah tinggi, lebih baik menghindari mengonsumsi makanan ini. Momoh Kaliwungu ini dibedakan dalam dua macam, yaitu momoh goreng dan momoh kuah. Momoh kuah ini berwarna khas hitam kecokelatan, itulah gambaran makanan yang konon dipercaya menambah stamina pria dewasa ini. Namun sebagian orang memilih momoh goreng karena dapat dimakan dengan nasi pecel atau soto. Sedangkan Momoh kuah bisa langsung dinikmati Bersama dengan nasi putih.
Saat ini kita bisa menikmati Momoh Kuah dan Goreng ini di Waliku setiap hari nya ataupun ketika ada event-event tertentu ataupun pertemuan - pertemuan yang diadakan di Rumah Singgah Waliku.
Selain Kuliner – kuliner menu utama berupa Olahan Momoh dan Sumpil juga banyak sekali makanan dan minuman khas Kaliwungu yang bisa kita nikmati dan dijadikan oleh-oleh saat berkunjung di Waliku.
Aneka Kripik dan Cemilan
Aneka cemilan dan makanan ringan ini merupakan makanan dengan bahan dasarnya dari ubi ketela pohon ( Jawa nya “ pohong “ ). Ada buah pare pahit , daun bayam, terong dan lain sebagainya.
Bahan-bahan tersebut disajikan dalam berbagi aneka bentuk olahan keripik dan varian rasa yang berbeda. Seperti rasa original, pedas, jagung manis, balado dan lain sebagainya.
Ada juga gethuk goreng yang berbahan dasar ubi ketela pohon. Yang diolah menjadi makanan yang sangat nikmat dan cocok untuk oleholeh saat berkunjung di Waliku.
AYO DOLAN KENDAL RAA!!!
DOLAN KENDAL RA!!!
DITUNGGU KEDATANGANNYA YA...
WAALAIKUMSALAM WR WB..
MUHAMMAD LINTAR HENDAWAN YUSMAN..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar